Sabtu, 20 Maret 2010

PEMBANTU MEMUTILASI DAN REBUS MAJIKAN

PEMBANTU MEMUTILASI DAN REBUS MAJIKAN
Sumber Kliping :Harian Pagi Sumatra Ekspres Online (http://sumeks.co.id/indeks.php?option=com_content&task=view&id=pembantu_mutilasi_dan_rebus_majikan)
Hari/Tanggal : Senin, 1 September 2008

Tentang Pelaku
Pelaku Firmansyah Hudaya (23), warga Batujajar Barat. Dia tak lain ialah pembantu yang sehari-hari bertugas di rumah keluarga Ronald. Saat di tangkap polisi, pelaku langsung mengakui bahwa dirinyalah yang melakukan pembunuhan itu. Ketika petugas menggiring Firman ke Mapolresta Bandung Barat, tidak tampak penyesalan di wajahnya. Di hadapan petugas, pelaku mengakui tega membunuh lantaran sakit hati atas semua perbuatan majikannya selama dia bekerja menjadi pembantu.

Alasan Membunuh
Alasan Firman membunuh korban 1 (Sri Magdalena, 54)
dendam lantaran firman merasa gaji Rp. 500.000 yang diberikan majikannya tidak sepadan dengan beratnya pekerjaan yang ia lakukan.
Firman juga sering merasa sakit hati karena dia sering diberi makan sisa dan nasi basi oleh majikannya tersebut.
Sakit hati itu berubah menjadi hasrat ingin membunuh ketika Firman dimarahi Sri hanya gara-gara Ida Rosida, pembantu perempuan di rumah Sri, pulang lebih awal. Sambil mengomel, Sri menyuruh Firman membersihkan bak mandi di toilet belakang dan mengepel.
Alasan Firman membunuh kerban 2 (Ronald Aminudin, 57)
Karena Ronald mendengar teriakan Sri, dan Firman takut aksi kejamnya terbongkar.

Cara Membunuh
Cara yang digunakan Firman untuk membunuh korban 1 (Sri) dan korban 2 (Ronald)
Firman memukul bagian kepala Sri dengan kunci inggris dan Sri pun jatuh ke lantai.
Namun, Sri sempat berteriak dan didengar suaminya, Ronald.
Firman juga langsung memukul muka, dada, dan leher Ronald empat kali karena ia tak ingin aksi kejamnya terbongkar.
Setelah itu Firman kembali lagi ke kamar Sri dan menyeretnya ke kamar mandi.
Meski kedua majikannya sudah meninggal, Firman masih melanjutkan aksi kejinya.
Dia mengambil pisau daging yang berada di atas meja. Seperti kerasukan iblis, Firman memotong leher Sri dan membersihkannya dengan air mengalir.
Lalu, kepala yang sudah terpenggal itu dimasukkan ke panci berukuran sedang dan direbus sekitar 20 menit untuk mengurangi darah.

Pandangan Psikologi
Maraknya kasus pembunuh berdarah dingin bahkan pembunuh nekat akhir-akhir ini memang membuat cemas dan kecurigaan berlanjut. Kondisi ini menggiring kita untuk mencermati keberadaan berbagai penyimpangan perilaku manusia.
Masalah pekerjaan merupakan salah satu pusat perhatian klinis. Psikiatri okupasional atau industrial secara kusus mempermasalahkan aspek masalah psikiatrik di tempat kerja. Gejala psikiatrik adalah ketidakmampuan, penurunan harga diri, kemarahan dan keengganan untuk bekerja.
Orang secara khusus rentan terhadap masalah pekerjaan pada beberapa waktu dalam kehidupan pekerjaannya. Ketika dalam keadaan situasai tertentu seperti memiliki pekerjaan yang terlalu banyak, menjadi sasaran kewajiban yang bertentangan, memiliki tanggungjawab tanpa kekuasaan, dan bekerja pada atasan yang menuntut dan tidak menolong.
Firmansyah Hudaya, merasakan sakit hati yang berkepanjangan sehingga menimbulkan kenekatan yang sangat mencenangkan. Tindakannya yang sangat keji yang dengan kejam membunuh, memutilasi dan merebus majikannya sendiri adalah perbuatan yang sangat tidak manusiawi. Di tambah lagi tidak adanya perasaan bersalah, tidak adanya penyesalan membuat Firman mempunyai indikasi gangguan jiwa. Ada kemungkinan bahwa Firman adalah seorang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial atau psikopath.
Psikopat adalah pribadi yang berperilaku antisosial, perilakunya didominasi oleh kehendak sendiri yang sangat impulsif. Beberapa pakar berpendapat, orang psikopat mengalami luka bawaan pada struktur pusat luhur dari otaknya sehingga aspek kepribadiannya secara menyeluruh menjadi kurang utuh. Dinyatakan pula akan keberadaan poreus (lubang) yang tidak terisi dalam struktur kepribadiannya (Glasser).
Perilaku seorang psikopat antara lain:
Kepribadian anti social hampir tidak berperasaan dan agaknya tidak merasa bersalah dan mau menyesalinya, meski tindakan yang mereka lakukan menyakitkan orang lain.
Tidak dapat menahan frusrasi.
Hanya mampu memahami etika dan norma yang berlaku dalam tataran verbal, tetapi tidak menerapkannya dalam perilaku karena perilaku seorang psikopat didominasi impuls yang muncul sesaat. Bagi psikopat yang agresif, kalau perlu membunuh pun tidak masalah.
Tujuan hidup adalah melulu ditandai oleh kenikmatan saat ini, jadi sama sekali tidak mempertimbangkan hari esok. Falsafah hidupnya adalah bagaimana nanti, bukan nanti bagaimana.
Seburuk apa pun perilakunya, tidak akan mengubah ekspresi wajahnya.
Hukuman apa pun yang diberlakukan tidak pernah membuatnya jera sehingga tanpa rasa segan dia akan mengulang perilaku buruknya di kemudian hari.

Saran
Banyaknya kasus pembunuhan sadis akhir-akhir ini membuat kita harus waspada dan berhati-hati dalam setiap tindakan. Jangan sampai perkataan atau perbuatan kita membuat orang lain sakit hati dan memicu tindakan agresif orang lain. Kita juga harus dapat menjaga emosi. Bila ada tindakan orang lain yang tidak menyenangkan lebih baik kita langsung ngatakannya dengan cara baik-baik. Apabila orang lain tersebut tidak mengindahkannya, lebih baik kita menghindarinya agar tidak terjadi konflik.

Daftar Pustaka
Agh/jpnn/kim. 2008. Pembantu Mutilasi dan Rebus Majikan. Harian Pagi Sumatra Ekspres Online. (http://sumeks.co.id/indeks.php?option=com_content&task=view&id=pembantu_mutilasi_dan_rebus_majikan.htm)

Nevid, J. S, Rathus. S. A, & Grene, B. 2003. Psikologi Abnormal Jilid I. Jakarta: Erlangga

Puspitawati, I. 1999. Seri Diktat Kuliah : Psikologi Umum I. Jakarta : Gunadarma

Sawitri S. P. 2008. Psikopat dan Atau Homoseksual. Kompas, 24 Agustus 2008. (http://kompas.com-Psikopat.danAtau.Homoseksual.htm)

1 komentar: